Ketika kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mendapat pengakuan dari Pemerintah Belanda dan juga diakui oleh dunia melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada akhir Desember 1949, berkah semakin dirasakan oleh Teddy Rusdy karena Haji Muhammad Zis sudah kembali dari Boven Digoel, Papua (Irian Barat).

Haji Muhammad Zis ialah kakek Teddy Rusdy, di mana kakeknya itu sudah lebih dari 10 tahun dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pada saat itu Teddy Rusdy masih berusia 10 tahun dan masih duduk di kelas 4 sekolah dasar, pada zaman Teddy Rusdy Sekolah Dasar disebut sebagai Sekolah Rakyat. Saat itu dirinya bersekolah di Jaga Monyet, Petojo, Jakarta Pusat.

Kakeknya yang dikenal sebagai Yai Kepuh namun dipanggil oleh Teddy Rusdy dengan sebutan Yai Zis. Sebutan Yai Kepuh sendiri adalah nama sebuah desa di Pandeglang, Banten. Merupakan aktivis Sarekat Islam (SI) di Banten. Alasan Yai Zis dibuang oleh Belanda ke Boven Digoel, karena Yai Zis dinilai sebagai orang yang anti-Belanda, dirinya pun ditawan sejak tahun 1928.

Boven Digoel sendiri adalah tempat pembuangan para pejuang politik dan kemerdekaan yang didirikan pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1927. Banyak juga pemberontak yang dibuang di tempat yang sama dengan kakek dari Teddy Rusdy ini, tidak sedikit pula orang-orang yang dibuang di tempat itu meninggal karena terserang penyakit malaria dan TBC. Alhamdulillah Yai Zis bisa selamat dari belenggu itu dan pulang ke keluarganya setelah 21 tahun terpisah.

Setelah berhasil pulang pada keluarganya, ternyata istri dari Yai Zis atau neneknya Teddy Rusdy sudah menikah lagi dengan orang lain dan memiliki dua orang putra. Pada saat Yai Zis dibuang oleh orang Belanda, dirinya baru berumur 35 tahun. Yai Zis sendiri dilahirkan pada tahun 1894. Setelah 10 tahun Yai Zis pulang dari Boven Digoel atau tepatnya di tahun 1959 Teddy Rusdy lulus dari SMA I Budi Utomo, Jakarta.